Anahalo/anakalo:
Secara harfia berarti Yatim piatu; Ungkapan lengkapnya adalah
Faiwalu-anahalo yang diartikan sebagai bawahan atau orang banyak.
Stratifikasi hirarkis masyarakat Lio mulai dari yang tertinggi adalah;
Atalaki/Mosalaki, Riabewa, Faiwalu-anahalo (ana riwu) - ata ho'o
(para hamba/budak).
Atalaki/Mosalaki
Pemimpin adat: Sosial, politik dan religius, yang terdiri dari seorang
pemimpin utama dan dibantu oleh pemimpin lainnya. Bersama Riabewa
mereka bertugas mengurus perkara sosial. Mereka bekerja secara kolegial
dan komplementaris. Misalnya; Tanpa kehadiran Atalaki yang lain,
seorang atalaki tidak mempunyai hak untuk memutuskan perkara. Jabatan
atalaki diwariskan turun temurun; ada juga kemungkinan, bahwa kalau si
ahli waris dianggap tidak mampu maka dipilih seorang anggota keluarga
yang dianggap cocok. Untuk jabatan yang sama sering juga dikenal
Mosalaki, dan biasa juga muncul dalam nama paralel Laki Ongga.Laki tana, Watu Ongga, yang artinya pemilik tanah.
Riabewa
Pemimpin adat yang bersama dengan mosalaki menyelesaikan perkara
ataupun persoalan sosial lainnya. Riabewa juga bertugas sebagai
panglima yang memaklumatkan dan memimpin perang. Dalam
ungkapan-ungkapan sara Lio sering pula muncul kalimat "Ria tau talu rapa sambu no'o ata mangu lau,
bewa tau tewa rapa rega no'o ata laja ghawa". yang berarti
Riabewa berperan sebagai juru bicara dengan orang yang datang dari luar.
Di sisi lain, muncul pula ungkapan seperti; Ria gha nia tei sawe, bewa gha iju mbe'o mbeja, artinya
semua riabewa sudah berkumpul.
Atanipi
Juru mimpi; Orang yang mimpi serta interprestasinya diyakini
kebenarannya oleh komunitasnya. Misalnya; Sebelum membangun rumah,
masyarakat adat memintahnya untuk tidur dilokasi yang akan digunakan
dengan maksud agar mendapatkan petunjuk ilahi atau petunjuk dari
roh-roh para leluhur. Dilain pihak, orang-orang sakit juga datang
meminta bantuannya.
Bhaku
Peti tempat penyimpanan tulang-belulang orang mati, atau juga rumah
kecil berukuran sekitar 2x2 meter dimana peti tersebut disimpan.
Biasanya rumah kecil itu didirikan di dekat Heda. Pemilik Bhaku biasanya orang-orang kaya dan
terkenal dalam masyarakat.
Dalo/pasodalo
Balok penahan balai-balai. Balok penahan tersebut mempunyai nama
masing-masing, seperti;
1. Dalo one - balok penahan balai-balai rumah.
2. Dalo te'nda: balok penahan balai-balai
3. Dalo lena: balok penahan semacam loteng tempat penyimpanan barang
berharga.
4. Pasodalo: adalah bagian dari balok penyanggah tersebut yang mencuat
keluar.
Di beberapa tempat bagian tersebut, sering kali dipahat dan diukir. Ada
juga yang meletakan pelupu dan dijadikan tempat duduk atau tempat
tidur.
Heda/keda
Kuil tempat tinggal roh-roh. Heda biasanya didirikan didekat
Hanga/kanga. Didalam heda tersebut biasanya disimpan Anadeo, yaitu
pasangan patung berukuran kecil yang merupakan personifikasi dari bapak
dan ibu asal suku dibawah kepemimpinan seorang Mosalaki. Patung
tersebut biasanya telanjang dan hanya bagian genitalnya yang ditutup
dengan kain. Pada jaman dahulu bagian genital itu tidak ditutup karena
membahasakan kesuburan dan kemakmuran. Heda adalah simbol lelaki-tidak
ada hasil dan kelahiran di heda. Simbol wanita adalah rumah adat;
disana ada kesuburan dan kelahiran. Biasanya, pada salah satu dinding
atau pintu rumah adat dipahat pasangan buah dada wanita yang
mengungkapkan kesuburan rumah adat tersebut. Dirumah adat juga
disimpan emas yang biasanya bermotif vulva
(bagian luar sistem reproduksi wanita yang meliputi; labia, lubang
vagina, lubang uretra dan klistoris) yang jelas mempunyai hubungan
metaforis dengan wanita.
Hanga/kanga
Pelataran suci ditengah kampung tempat berlangsungnya upacara adat dan
berbagai aktifitas sosial lainnya. biasanya orang-orang besar dan
terhormat dikuburkan di dekat atau di dinding hanga/kanga.
Jo/Fi'i jo
Perahu besar. Fi'i jo bisa berarti sebuah perahu. Ungkapan yang sering
muncul dalam masyarakat adat Lio adalah sai Du'a nggoro no'o fi'i jo, sai Ngga'e wa'u no'o mangu au
yang berarti sejak Du'a Ngga'e (Sang Pencipta) atau leluhur datang
dengan perahu, dan turun melewati tiang mangu. Ungkapan itu bisa juga
berarti; Sejak awal mula.
Ju/Ju-angi/Nu-angi
Secara harfia berarti angin atau juga awan. Awan atau angin yang
dipersonifikasikan dan ditakuti sebagai pembawa wabah penyakit dan
kematian atau roh-roh jahat. Ungkapan yang kerap juga muncul dalam
masyarakat adalah Ju-seka yang
berarti kutukan atas nama roh jahat. Kalimat Ju-seka juga kadang di artikan permohonan dengan rincian
definisi sebagai berikut; Semoga Roh jahat menusukmu Hingga mati !!
Kanda wari/T'enda teo'
Tempat persembahan yang terbuat dari papan ataupun bambu yang digantung
dari atap di tengah-tengah rumah. Di atas tempat ini biasanya
diletakan satu atau beberapa batu ceper sebagai tempat untuk menyajikan
persembahan.
Keba' Ndera'
Tali pikulan; Tali yang menghubungkan beban-beban yang ada di bagian
punggung dan dibelitkan atau ditahan pada dahi orang yang memikul beban
tersebut. Tali tersebut biasanya terbuat dari bahan yang kuat tapi
lembut, seperti boro (sejenis lontar) dan lain sebagainya.
Keba' rate'/rate' keba'
Kubur atau pekuburan; dahulu kala, mayat biasanya dibungkus dengan
tikar dan dikuburkan dengan posisi duduk. Hal-hal yang berkaitan dengan
kubur dan orang-orang mati umumnya sangat dihormati dan ditakuti.
Kubur biasanya terletak tidak jauh dari rumah. Hal ini memperlihatkan
kesatuan roh-roh orang mati dan perlindungan dari mereka, dan batas
antara hidup dan sesungguhnya tidak terlalu jelas. Sehingga muncul
ungkapan dalam bahasa masyarakat Lio yaitu; 'Nggoi keba, Ngaki
rate'. yang berarti bahwa tugas dari orang hidup/ahli waris adalah
menjaga dan membersihkan kubur leluhur.
Kogo laba
Balok yang dipasang mengarah ketiang mangu (tiang utama penyanggah atap
rumah). Salah satu tempat untuk menyajikan persembahan bagi Wujud
Tertinggi atau roh-roh yang lain.
Leke'/Ineleke'
Pontianak, roh jahat; biasanya diyakini leke/ineleke muncul dalam rupa
seorang wanita muda dan cantik yang punggungnya berlubang.
Leke/ineleke biasanya mengganggu ibu-ibu hamil, menggoda lelaki, dan
menculik anak-anak. Leke/ineleke biasanya muncul pada siang hari.
Leke'/leke' pera'
Tiang penopang rumah; Tiang penopang rumah adat Lio mempunyai namanya
masing-masing. Leke' one, leke ria adalah tiang-tiang besar yang
dipasang pada bagian sudut rumah. Leke' pera' adalah tiang yang paling
penting secara religius karena merupakan tempat turun naiknya roh-roh
ataupun Wujut Tertinggi. Tiang tersebut terletak di sebelah kanan rumah
adat.
Limabua
Secara harfia berarti tangan berbulu. Limabua adalah roh bumi atau
disebut dalam bahasa Lio "tana watu" yang kadang dapat dilihat
secara langsung oleh orang-orang tertentu dan pada saat-saat tertentu.
Limabua atau tana watu dapat diidentikan dengan Ngga'e dewa.
Mangu/mangu au/pu'u mangu
Tiang utama penyanggahatap rumah. Tempat untuk meletakan bahan-bahan
persembahan, tempat turun naiknya Wujud Tertinggi. Mangu au, Pu'u
mangu, mangu bewa adalah nama-nama tiang mangu. Mangu juga berarti
tiang layar perahu.
Mase/musumase/tubu/tubumusu/lodo nda
Batu lonjong yang mempunyai ukurang tinggi lebih dari satu meter yang
ditanam tegak ditengah-tengah hanga/kanga (halaman rumah adat). Heda,
hanga dan mase merupakan satu kesatuan yang menjadi pusat kehidupan
suatu kampung. Lodo nda adalah batu ceper kecil yang dipasang
didepan musumase. Lodo nda adalah simbol wanita dan berpasangan dengan
tubumusu (phallus) yang merupakan simbol laki-laki.
Mataria
Mata besar; adalah roh-roh jahat yang sejenis dengan suanggi besar
penjaga wilayah adat atau juga sering diartikan atapolo.
Polo/atapolo
Roh jahat; Bisa juga berarti pria atau wanita dewasa yang dituduh
sebagai pengisap darah dan pemakan mayat manusia. Polo ko, adalah
tarian dan nyanyian sesudah kemenangan perang yang diiringi dengan gong
dan gendang.
Nitu/nitu pa'i
Roh-roh, roh-roh alam bisa juga disebut Nitu pa'i. Nitu umumnya
bertempat tinggal dirumah, air, batu besar, pohon besar dan lain
sebagainya. Nitu lowo adalah roh-roh yang tinggal dikali. Nitu pu'u
kaju adalah roh-roh yang tinggal dipohon besar. Nitu watu
adalah roh-roh yang tinggal dibatu besar. Nitu pa'i diyakini sebagai
roh-roh pelindung keluarga yang tinggal disudut kanan ruangan belakang
rumah adat. Selain itu, ada pula Nitu pa'i yang dianggap jahat
oleh sebagian masyarakat. Dilain pihak, Nitu sebagaimana dibeberapa
tempat di wilayah Lio adalah sejenis binatang serangga yang sering
dijumpai dan hidup pada sumber mata air yang dianggap sakral oleh
masyarakat. Sehingga jika salah satu masyarakat menjumpainya, sering di
umpat dengan kalimat yang agak kotor, 'maaf' misalnya; "Nitu mera hoa, aku tei dowa, ndanda ke
seliwu mboko rua", artinya Nitu yang sedang telanjang,
saya sudah melihatnya, kelaminnya berjumlah enam buah. Ungkapan ini
dimaksudkan semacam Tolak bala (keselamatan) supaya orang yang
melihatnya terhindar dari bahaya-bahaya mistis yang diyakini oleh
masyarakat setempat.
Saga/saga au
Tiang tempat meletakan persembahan bagi Wujud Tertinggi atau roh-roh.
Ujung atas tiang tersebut biasanya dipahat membentuk perahu atau kepala
kuda. Di atasnya di tempatkan sebuah batu ceper tempat meletakan
persembahan. Saga au adalah tiang yang terbuat dari bambu.
Soku/soku ria/soku lo'o
Belahan bambu yang dipasang melengkung dari puncak atap rumah sampai
kedinding. Belahan bambu itu membentuk lengkungan atap rumah. Di
beberapa tempat nama tersebut hanya digunakan untuk belahan bambu yang
dipasang pada empat sudut atap. Soku ria adalah belahan bambu yang
berukuran besar. Sedangkan soku lo'o adalah belahan bambu yang
berukuran kecil.
So bhoka au/so au
Divinasi dengan potongan bambu yang dimasukan kedalam api, kemudian
diputar, dan ata mbe'o (dukun)
memaknai arti pecahannya.
Tadho waja/ladho waja
Tempat duduk di dekat tungku api. Cuatan kayu penyanggah tungku api
dirumah adat yang kadang kala dipahat pelengkung dan diukir dengan
motif-motif tertentu.
Watu
Batu. Watu wisu lulu adalah batu persembahan yang diletakan
disudut kanan rumah adat, juga adalah nama roh-roh pelindung keluarga
yang tinggal disitu. Watu tana atau tana watu adalah roh
penguasa bumi.
Wewa
Hampir sama artinya dengan sa'o yaitu; rumah; kesatuan unit sosial yang
berpusat pada rumah. Ungkapan yang muncul dalam masyarakat adalah 'We'e
nia ma'e mila, wewa ma'e penga' yang berarti; Semoga garis
keturunan patrilineal tak terputus. Selain itu wewa juga dapat di
artikan secara harfia yaitu; Halaman depan rumah.
Wisu lulu
Sudut kanan bilik belakang rumah adat; tempat yang paling suci dan
paling sakral dalam rumah-rumah adat Lio. Ditempat ini biasa diletakan
sajian bagi roh-roh dan arwah para leluhur.
Wulaleja
Kekuatan rohani tertinggi yang kadang-kadang diartikan sama dengan Du'a
Ngga'e. Wulaleja adalah tempat tinggal Du'a Ngga'e yang paling tinggi
dan bersifat semesta dalam jagat raya.
Sekian !!!
Penulis; Marlin Bato
Sumber; Alm. Paul Arndt. SVD Lahir
Jerman 10 Januari 1886 dan
Wafat Todabelu Flores NTT - 20 November
1962