Selain hasil karya tenun, masyarakat Ende Lio pada umumnya gemar membuat anyaman dari bambu, daun lontar ataupun dari rotan. Ini adalah satu - satunya kerajinan tangan para wanita Ende Lio. Asal muasal kerajinan Anyaman adalah milik masyarakat melayu yang masih sangat di kagumi dan di gemari hingga saat ini. Konon, kemunculan kebiasaan ini di tanah Ende Lio adalah warisan secara turun temurun oleh nenek moyang bangsa melayu beberapa abad silam semenjak bangsa melayu menjejahkan kaki di pulau Flores. Ada beberapa macam jenis hasil anyaman yang tidak pernah musnah hingga kini misalnya;
1. Benga/Bote. Dalam bahasa Indonesia disebut 'Bakul', Adalah anyaman ini terbuat dari batang bambu yang sudah di potong, dibelah dan di iris sesuai ukurannya kemudian dianyam sedemikian rupah hingga membentuk sebuah bakul. Secara teknis, bakul bisa dibuat baik dalam ukuran yang besar ataupun kecil sesuai keinginan pembuatnya. Manfaat dari bakul ini adalah bisa mengisi/menyimpan benda - benda apa saja, seperti hasil komoditi dan lain sebagainya. Selain itu, dalam tradisi adat seperti 'Wuru Mana' (partisipasi dan sumbangsi untuk keluarga besar), bakul juga kerap digunahkan sebagai tempat menyimpan gabah atau beras untuk diantarkan kepada penyelenggara acara misalnya perkawinan, kematian dan sebagainya. Salah satu keunikan yang tidak akan pernah bisa ditiruh oleh masyarakat manapun didunia adalah mana kala Para wanita Ende Lio menjunjung bakul dikepalanya meskipun tidak dipegang, bakul itu seolah tidak mau beringsut dan tidak terjatuh dari kepala para wanita Ende Lio yang sedang menjunjungnya. Suatu keunikan yang tidak terduga oleh siapapun, memang hal ini terkesan enteng namun jika belum biasa, siapapun tidak akan bisa meniruhnya.
2. Kidhe - Kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya Nyiru. Alat ini juga terbuat dari Bambu yang dianyam dan bermanfaat untuk menampi/menyaring beras supaya bisa dimasak. Kidhe juga sering dijumpai di daerah lainnya seperti pulau Jawa, Sumatera, Bali dan lain - lain. Meski demikian, tentunya semua memiliki bentuk dan kualitas yang sedikit berbeda tergantung pembuatannya. Beberapa dekade terakhir, alat ini sudah berkembang dan dimodifikasi serta dibuat dengan plastik.
3. Nggobhe - Dalam bahasa Indonesia disebut 'Topi'. Biasanya dibuat dari daun lontar yang sudah dikeringkan. Masyarakat Ende Lio kerap memanfaatkan topi untuk melindungi kepala dari terik matahari. Model Topi yang dibuat bersayap lebar adalah contoh yang dibawahkan bangsa Portugis di tanah Flores. Pada mulanya, jenis topi yang bersayap lebar ini adalah terbuat dari kulit binatang oleh para Koboi Amerika Latin beberapa abad yang lalu, hingga akhirnya dibuat dari daun Lontar oleh wanita Ende Lio sesuai dengan ciri khas masyarakat setempat. Dalam kurun waktu beberapa dekade belakangan ini, Topi menjadi Icon dan Trend pergaulan anak muda masa kini dengan model yang sangat variatif.
4. Te'e atau 'Tikar'. Ini adalah anyaman yang terbuat dari "Re'a"atau semacam Daun Rami yang biasa tumbuh di pinggiran kali. Tentu tikar bermanfaat untuk alas tidur didalam rumah ataupun diluar rumah. Tikar dibuat sangat bervariasi karena dapat juga diwarnai menggunakan pewarna pakaian. Sama seperti 'Bakul', Tikar juga dibawah oleh bangsa Melayu ketanah Flores beberapa abad silam.
Selain benda - benda kerajinan tangan yang disebutkan diatas, beberapa tahun terakhir ini para Wanita Ende Lio juga sudah mengembangkan hasil karyanya seperti; Dompet, Tas dan Souvenir - souvenir lainnya untuk dijual. Hanya saja semua itu masih terkendala masalah kekurangan dana untuk bisa bersaing dikanca Nasional maupun Internasional. Jika saja pemerintah setempat dapat melihat dan melirik peluang ini, bukan tidak mungkin, ini bisa menjadi andalan untuk menunjang Danau kelimutu sebagai Icon Wisata Dunia.
Sekian,
Penulis, Marlin Bato (Pemerhati Budaya)
Mahasiswa Univ. Bung Karno
Fakultas Hukum
Jakarta Indonesia
Sumber Imprivisator & Inspirator
Tidak ada komentar:
Posting Komentar