Marlin Bato Wanes
02 Februari jam 11:15
Jenis alat musik Okulele ini tergolong salah satu alat musik Flores
yang sangat Khas selain suling, gendang, gong, waning dll. Mula - mula
alat musik Okulele ini dibawah masuk oleh bangsa portugis di Flores
pada abad ke-16 sampai 17 bersamaan dengan alat musik harmonika. Selain
itu bersamaan dengan Okulele dan harmonika, masuk pula jenis musik
keroncong yang menjadi Musik Khas tanah air. Di Flores, masyarakat juga
sering menyebut Okulele dengan nama Cuk atau Juk. Okulele adalah alat
musik petik sejenis gitar berukuran kecil, sekitar 20 inci, dan
merupakan alat musik asli Hawai ditemukan sekitar tahun 1879. Pada
awalnya Okulele hanya berdawai 3 (nilon) dan urutan nadanya adalah G, B
dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong,
sehingga setelah dipadukan dengan aliran musik khas hawaii maka muncul
pula dengan istilah aliran musik keroncong dan merupakan awal tonggak
mulainya musik keroncong. Setelah beberapa dekade kemudian okulele
berdawai 3 dikembangkan menjadi Okulele berdawai 4 dengan urutan
nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan
tangga nada C, okulele bermain pada tangga nada F (dikenal dengan
sebutan in F). Di Flores, memang alat musik ini tidak termasuk sebagai
alat musik tradisional, namun seperti yang diketahui, Okulele telah
menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat setempat
karena alat musik ini dapat menghibur setiap orang yang memainkan dan
mendengarkan alunannya. Setiap dawai yang dimainkan, akan selalu
mewakili jiwa dan setiap nada akan mewakili pikiran maka setiap pikiran
itu pula akan selalu mewakili imajinasi, ilusi serta inspirasi. Di
beberapa tempat di Flores, Okulele masih sering dijumpai dan menjadi
salah satu alat musik terfavorit karena dapat juga menghilangkan
kejenuhan dan kepenatan. Secara histories, alat musik ini jarang sekali
digunakan pada saat - saat upacara adat. Tapi pada momen - momen
tertentu seperti perayaan tahun baru tentu alat musik ini adalah bukti
nyata untuk memperkokoh rasa persaudaraan. Pasalnya, pada saat itulah
para biduan lokal akan menghibur masyarakat dari rumah yang satu
kerumah yang lainnya sambil membawakan lagu - lagu yang bertemahkan
tahun baru. Tradisi ini tentu adalah sebuah warisan Portugis yang masih
berbekas dalam sanubari kita semua. Kita tidak pernah tahu, apakah
tradisi ini akan bertahan ataukah akan berakhir. Satu hal menarik yang
patut kita ketahui bersama, Setelah hengkangnya Portugis dari
Nusantara, sesungguhnya mereka telah mewariskan beragam tradisi budaya
yang masih melekat dan kita manfaatkan hingga kini seperti; Alat musik
okulele, harmonika, keroncong atau bahkan ada 17 kosakata bahasa
Indonesia yang masih kita pergunakan. Di Jakarta, ada salah satu
perkumpulan Orang pribumi keturunan Portugis yang tinggal di wilayah
kampung Tugu (Jakarta Utara) hingga kini masih berpegang teguh terhadap
kebiasaan - kebiasaan Portugis. Ini terlihat dari cara - cara hidup
mereka yang mencerimkan orang Portugis tempo dulu. Bukan itu saja,
mereka bahkan masih menggunakan alat musik Okulele, harmonika dll
setiap kali merayakan perhelatan tahun baru. Layaknya tradisi orang
Portugis di Flores, mereka juga selalu menghibur dari pintu ke pintu
setiap masyarakat yang tinggal di wilayah itu. Tentu hal ini sungguh
luar biasa menurutku, karena dikota metropolitan ternyata Tradisi ini
masih kental dan masih mengalir dalam nadi Ibukota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar