Jumat, 12 Februari 2010

OKULELE

Marlin Bato Wanes 02 Februari jam 11:15 
Jenis alat musik Okulele ini tergolong salah satu alat musik Flores yang sangat Khas selain suling, gendang, gong, waning dll. Mula - mula alat musik Okulele ini dibawah masuk oleh bangsa portugis di Flores pada abad ke-16 sampai 17 bersamaan dengan alat musik harmonika. Selain itu bersamaan dengan Okulele dan harmonika, masuk pula jenis musik keroncong yang menjadi Musik Khas tanah air. Di Flores, masyarakat juga sering menyebut Okulele dengan nama Cuk atau Juk. Okulele adalah alat musik petik sejenis gitar berukuran kecil, sekitar 20 inci, dan merupakan alat musik asli Hawai ditemukan sekitar tahun 1879. Pada awalnya Okulele hanya berdawai 3 (nilon) dan urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong, sehingga setelah dipadukan dengan aliran musik khas hawaii maka muncul pula dengan istilah aliran musik keroncong dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong. Setelah beberapa dekade kemudian okulele berdawai 3 dikembangkan menjadi Okulele berdawai 4 dengan urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, okulele bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F). Di Flores, memang alat musik ini tidak termasuk sebagai alat musik tradisional, namun seperti yang diketahui, Okulele telah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat setempat karena alat musik ini dapat menghibur setiap orang yang memainkan dan mendengarkan alunannya. Setiap dawai yang dimainkan, akan selalu mewakili jiwa dan setiap nada akan mewakili pikiran maka setiap pikiran itu pula akan selalu mewakili imajinasi, ilusi serta inspirasi. Di beberapa tempat di Flores, Okulele masih sering dijumpai dan menjadi salah satu alat musik terfavorit karena dapat juga menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Secara histories, alat musik ini jarang sekali digunakan pada saat - saat upacara adat. Tapi pada momen - momen tertentu seperti perayaan tahun baru tentu alat musik ini adalah bukti nyata untuk memperkokoh rasa persaudaraan. Pasalnya, pada saat itulah para biduan lokal akan menghibur masyarakat dari rumah yang satu kerumah yang lainnya sambil membawakan lagu - lagu yang bertemahkan tahun baru. Tradisi ini tentu adalah sebuah warisan Portugis yang masih berbekas dalam sanubari kita semua. Kita tidak pernah tahu, apakah tradisi ini akan bertahan ataukah akan berakhir. Satu hal menarik yang patut kita ketahui bersama, Setelah hengkangnya Portugis dari Nusantara, sesungguhnya mereka telah mewariskan beragam tradisi budaya yang masih melekat dan kita manfaatkan hingga kini seperti; Alat musik okulele, harmonika, keroncong atau bahkan ada 17 kosakata bahasa Indonesia yang masih kita pergunakan. Di Jakarta, ada salah satu perkumpulan Orang pribumi keturunan Portugis yang tinggal di wilayah kampung Tugu (Jakarta Utara) hingga kini masih berpegang teguh terhadap kebiasaan - kebiasaan Portugis. Ini terlihat dari cara - cara hidup mereka yang mencerimkan orang Portugis tempo dulu. Bukan itu saja, mereka bahkan masih menggunakan alat musik Okulele, harmonika dll setiap kali merayakan perhelatan tahun baru. Layaknya tradisi orang Portugis di Flores, mereka juga selalu menghibur dari pintu ke pintu setiap masyarakat yang tinggal di wilayah itu. Tentu hal ini sungguh luar biasa menurutku, karena dikota metropolitan ternyata Tradisi ini masih kental dan masih mengalir dalam nadi Ibukota.

Tidak ada komentar: